Menyikapi Pusaka

Musyrikkah memakai ageman atau azimat dan pusaka?

Membahas tentang pusaka, azimat dan ageman selalu menjadi perbincangan menarik, satu kubu mengharamkan dianggap musyrik (menyekutukan tuhan) satu kubu menganggap itu semua sebagai wailah atau sarana semata.

Lalu bagaimana sih menyikapi pusaka atau ageman agar tidak salah dalam memposisikan ageman dalam ranah spiritual?

Pusaka atau ageman merupakan suatu benda yang dianggap memiliki daya tuah atau energi keramat, yang mana energinya akan membantu “memunculkan sugesti” tertentu bagi si pemakainya, sugesti ini bermacam macam mulai dari sugesti keberanian, kekuatan, hingga sugesti dalam hal percintaan.

Lalu pertanyaannya musyikkah memakai ageman atau azimat?

Untuk masalah ini admin kembalikan ke masing masing kepercayaan, karena admin tidak mungkin bisa memaksakan opini pribadi kepada anda semua, namun sedikit pemahaman di bawah ini bisa membuka wawasan kita tentang dunia azimat, ageman atau pusaka bertuah.

Dalam dunia modern seperti sekarang berbagai jenis macam orang memiliki agemannya sendiri, dan ageman ini tidak selalu berbentuk benda bertuah atau azimat. Seperti definisinya Ageman yaitu di agem (di pakai atau di bawah) supaya aman.

Di perkotaan orang (atau Anda) pergi ke mall atau ke pasar atau kemana saja tidak membawa ATM anda pasti merasa tidak nyaman, entah apa sebabnya yang seperti ini tidak di hukum musyrik, seorang aparat yang bekerja di pedalaman kalau tidak membawa pistol atau senjata pasti merasa tidak aman, dan mereka akan merasa aman kalau membawa senjata, nah yang seperti ini juga tidak di hukumi musyrik, tapi begitu orang desa membawa keris ke sawah atau ke ladang di hukumi musyrik hanya karena membawa keris atau azimat.

Lho kan beda bos ATM kan buat jaga jaga kalu keperluan beli makanan? apakah anda menggap bahwa rejeki anda itu berasal dari ATM atau uang anda? apakah hewan di seluruh dunia ini membutuhkan makanan melalui media uang? Lho aparat kan menjaga dari bahaya yang mengancam kalau ndak bawa senjata kan bahaya? apakah yang membuat selamat seseorang itu bergantung pada senjata? Sama halnya dengan pusaka atau ageman, pada hakikatnya sama yaitu sama sama wasilah perantara yang memunculkan sugesti “aman” bagi pembawanya, dan yang namanya sugesti itu tidak menjamin. Orang bawa ATM tau tau ATMnya ketelan mesin, orang bawa senjata tau tau senjatanya macet dan berbagai masalah lain.

Jadi secara derajat tidak ada yang berbeda Anda membawa ATM saat keluar rumah, aparat membawa senjata saat bertugas dan orang biasa membawa azimat ketika bepergian, dimata Gusti Alloh semuanya sama derajatnya yaitu “derajat usaha”.

Lalu definisi musyriknya di mana? kalau opini admin seperti diatas?

Yang harus di pahami adalah definisi musyrik itu sendiri. Musyrik dalam bahasa indonesia adalah Sekutu, Menyekutukan, Menyamakan dalam kekuasaan. Dalam pemahaman modern contohnya seperti ini dunia ini ada satu negara yang di sebut sebagai negara adi kuasa yaitu USA (Amerika), yang namanya negara adikuasa pasti semena mena ingin menindas negara negara kecil agar tunduk kepada USA, katakanlah Indonesia.

Namun karena Indonesia tidak sepaham dengan USA maka indonesia mencari “negara yang di anggap setara” kekuatannya dengan USA, katakanlah negara tersebut RUSIA agar bisa manjadi pelindung dari tekanan USA.

Nah… pemahaman sekutu atau dalam bahasa arab ini yang di sebut sebagai Syirik yaitu menganggap atau meyakini bahwa ada kekuatan yang sama kuat dengan kekuatan Alloh SWT, sehingga manusia bergantung kepada kekuatan tersebut.

Nah yang dalam kasus pusaka ketika pemiliknya di tanya “mbah kenapa kerisnya di cuci atau di kasih minyak wangi” jawabannya semuanya pasti sama (dalam konteksnya) yaitu “lha kalo ndak di rawat nanti energinya melemah”. Kalimat “lha kalo ndak di rawat nanti energinya melemah” ini kan di ucapkan secara sadar, dan meyakini kalau pusaka tersebut hakikatnya lemah, kalau lemah mana bisa di samakan dengan Gusti Alloh, karena secara sadar kalau menganggap lemah berarti itu mahluk karena bersifat lemah.

Anda boleh berbeda pendapat dengan opini di atas tapi setidaknya bagi kami pelaku spiritual ageman hanyalah sebatas usaha semata sama seperti ketika anda bekerja anda membutuhkan sarana untuk memperlancar usaha anda, entah dengan metode iklan, marketing, sponsor maupun sebagainya.

Lalu kenapa kok di agung agungkan sampai di cuci, di olesi minyak dam lain lain?

Kalimat mengagung agungkan admin rasa terlalu berlebihan. Seperti contoh teks di atas tadi “mbah kenapa kerisnya di cuci atau di kasih minyak wangi” jawabannya semuanya pasti sama (dalam konteksnya) yaitu “lha kalo ndak di rawat nanti energinya melemah” bukan berarti kami mengagung agungkan, memulyakan pusaka secara berlebih.

Ibarat ada tamu istimewa datang ke rumah anda katakanlah presiden, apa yang akan anda lakukan? anda pasti akan menjamunya dengan suguhan yang luar biasa, hidangan yang istimewa, ruangan yang istimewa penyambutan yang istimewa dan serba istimewa lainnya. Pertanyaannya apakah perilaku ini dianggap mengagung agungkan atau penyembahan? tentu tidak, itu adalah reaksi penghormatan terhadap sesuatu yang dianggap berharga.

Sama seperti pusaka keris yang d cuci, di olesi minyak wangi atrau di asapi dupa tidak lain sebatas penghormatan (perawatan) terhadap sesuatu yang dianggap istimewa, buktinya pisau yang sama sama terbuat dari besi layaknya keris ndak pernah di asapi dupa, tetapi di rawat agar tajamnya tetap tarjaga.

Jadi konteksnya bukan mengagungkan atau penyembaan tapi lebih pada penghormatan saja, batu cincin pasti akan anda taruh dalam kotak dan disimpan di lemari, tapi batu bata atau batu krikil ndak mungkin di perlakukan sama padahal sama sama batu, itu semua karena kita menganggap batu cincin memiliki nilai lebih yang layak untuk di hormati.

Jadi prinsipnya PUSAKA / AGEMAN / AZIMAT itu di di jaga, dirawat sebagai bentuk penghormatan bukan sebagai bentuk penyembaan, karena tidak ada yang layak di sembah di dunia ini kecuali Tuhan YME.

Komentar Harus Sopan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.